Selasa, 10 September 2013

Dalam blog ini kami akan mencoba membantu kebutuhan- kebutuhan anda dalam menyelesaikan tugas sekolah. Adapun artikel yang kami punya antara lain seperti: makalah fiqih, artikel sejarah, artikel biologi, dan masih ada juga yang lainnya.

MAKALAH SEJARAH

Kali ini kami berusaha berbagi pengetahuan dan ilmu. meski  saya masih duduk dibangku Madrasah Aliyah tapi saya berusaha untuk berbagi pada para pembaca. saya akan memberikan info dan contoh tugas- tugas yang mungkin bisa bermanfaat untuk para pembaca sekalian, seperti makalah biologi berikut ini.

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mempelajari kehidupan manusia tidak terlepas dari manusia itu sendiri. Bagaimana muncul dan terjadinya kehidupan manusia dan kebudayaan yang beranekaragam yang memiliki keunikan dan kekhasan sendiri – sendiri.
Bangsa indonesia hidup berabad lamanya di indonesia dengan penuh kebersamaan dalam keragaman. Secara turun temurun nenek moyang menumbuhkembangkan beragam nilai dan kearifan sehingga membentuk karakter suku bangsa. Nilai dan keraifan itu penting untuk dipelajari, ditumbuh kembangkan, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Peninggalan purbakala yang maasih ada dan tersebar di belahan bumi Indonesia merupakan representasi kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia. Salah satu peninggalan purbakala yang menyita perhatian masyarakat adalah situs Sangiran. Secara stratigrafis situs Sangiran merupakan situs manusia purba terlengkap di asia. Sangiran juga merupakan pusat studi evolusi di dunia. Sangiran ibarat Laboratorium alam yang menyimpan rekaman kehidupan masa lalu yang tersimpan jutaan tahun yang lalu. Iformasi lebih lanjut mengenai situs Sangiran serta kehidupan prasejarah dapat anda baca dalam pembahasan bab makalah ini.
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana jejak mnusia purba pada masa lampau di Sangiran?

C.    Tujuan masalah
1.    Untuk mengetahui tabir jejak manusia purba pada masa lampau di Sangiran.
D.    Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas pada masalah dalam hal ini penulis membatasi masalah hanya pada ruang lingkup tabir jejak masa lampau di Sangiran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Membukan Tabir Jejak Masa Lampau Sangiran
Sangiran terletak di kawasan berbukit kabupaten Sragen Jawa Tengah. Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal, karena adanya dorongan tekanan endogen ( dari dalam bumi ) terjadi pengangkatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Proses terbentuknya situs sangiran ini erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu tua yang menyebabkan tanah longsor dan membentuk kubah tanah di sekitar sungai, cemara pun ikut longsor. Akibat dari hal tersebut terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah,  jika tanah diiris dengan pola vertikal, maka akan terlihat lapisan – lapisan tanah yang menunjukkan formasi – formasi yang berisi fosil – fosil dari kurun waktu tertentu.sebagai berikut:
1.    Formasi Kali Beng.
Pada lapisan paling bawah terdapat lempung biru yang dinamakan formasi kali beng. Formasi kali beng ini berusia 2,4 juta tahun dan menunjukkan pada waktu itu. Lapisan ini adalah dasar lautan pada masa pliosen. Bukti sebagai dasar lautan adalah ditemukan hewan – hewan bercangkang yang telah menfosil.
2.    Formasi Pucangan.
        Terjadi akibat adanya endapan lahar vulkanik gunung lawu purba yang ditandai lempung hitam. Pada lapisan ini terjadi perubahan yang awalnya sebagai lingkungan laut berubah menjadi rawa – rawa. Banyak ditemukan hewan – hewan penghuni lapisan ini antara lain kuda nil, budaya muara, fosil tengkorak Pithecanthropus Erectus kemudian ditemukan juga fosil tengkorak Meganthropus Paleojavanicus terjadi pada kala pleistosenbawah berumur sekitar 700.000-1.800.000 tahun yang lalu.
3.    Formasi Kabuh.
        Terjadi pada kala plestosen tengah berumur sekitar 125.000-sampai 700.000 tahun yang lalu. Pada formasi ini ditemukan alat-alat dari batu yang menandakan bahwa Pithecantropus pada saat itu sudah mengenal alat-alat perburuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4.    Formasi Notopuro
     Terjadi dikala plastosen atas berumur 10.000-125.000 tahun yang lalu. Dari formasi – formasi di sangiran dan ditemukan fosil – fosil seolah pita – pita kaset yang menyimpan rekaman kehidupan masa lalu.
Pada tanggal 15 maret 1977 sangiran dijadikan jagar budaya oleh pemrintah dan diperkuat lagi sebagai warisan dunia oleh UNESO pada 5 desember 1996.
 Di sangiran kita banyak menemukan fosil-fosil, tidak hanya fosil bagian tubuh manusia tetapi juga ada sisa-sisa perkakas sederhana pendukung kehidupan zaman dahulu. Dalam kompleks ini kita mendapatkan bukti bahwa manusia purba yang hidup di Sangiran sekitar 2 juta tahun lalu. Secara stratigrafis situs Sangiran merupakan situs manusia purba terlengkap di Asia. Kita dapat menyaksikan perkembangan kehidupan manusia purba secara berurutan tanpa terputus sejak 2 tahun lalu. Mulai dari zaman pliosen akhir hingga akhir pleistosen tengah.
Diawali oleh Eugene Dubois antropolog Prandis tahun 1891 antropolog Prancis manemukan fosil Pithecantropus Erectus manusia purba tertua dara Jawa kemudian pada tahun 1930 dan 1931 di desa Ngandong. Trinil-Mojokerto di temukan juga fosil-fosil manusai purba yang berasal dari zaman pleistosen. Pemenuan-penemuan ini mengungkap sejarah manusia purba yang hidup berabad-abad tahun lalu.
Masyarakat modern mulai mengenal Sangiran saat Heinrich Ralph Von Koeningswald dan Gustaf antrophologi dari Jerman meneliti di area tersebut pada tahun 1934. Maka Sangiran telah menorehkan tinta emas sebagai salah satu pusat study evolusi di dunia. Saat itu Von Koeningswald menemukan paling tidak 5 fosil manusia purba yang berbeda jenisnnya. Fosil-fosil ini menggaris bawahi keyakinan  bahwa manusia berevolusi dari kera menjadi manusia modern seperti bentuk saat ini. Sejak saat itu, para peneliti baik dari Indonesia atau asingterus bekerja di Sangiran. Koeningswald bukanlah orang pertama yang mencoba menguak misteri manusia purba di tanah jawa. Pada tahun 1936 Koeningswald berhasil menemukan fosil rahang atas manusia dan selanjutnya ia memberi nama fosil Megantropus paleojavanicus. Tahun 1973 ia menemukan manusia purba yang dicari oleh Eugene do bois yaitu Pithecantropus Erectus.
B.    Koleksi – Koleksi Museum Sangiran
Koleksi sangiran yang berada di museum sangiran saat ini semua berasal dari sekitar situs Sangiran koleksi – koleksi tersebut berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu – batuan, sedimentani, dan juga peralatan dapur yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran.
1.    Fosil kayu
a.    Fosil kayu yang terdiri dari:   
•    Temuan dari dukuh jambu desa Dayu Kecamatan Gondongrejo Kabupaten Karanganyar.
•    Di temukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung
•    Warna abu – abu
•    Formasi pucangan
b.    Fosil batang pohon
•    Temuan dari desa Krikilan Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen.
•    Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung
•    Warna abu – abu dari endapan
•    Formasi pucangan
2.    Tulang Hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus
•    Ditemukan di kawasan Cagar Sangiran
•    Pada tanggal 23 November 1975 ditanah lapisan lempung
•    Warna abu – abu
•    Formasi kabuh bawah
3.    Tulang Paha
•    Ditemukan di desa Ngabung, Kecamatan Kali Jambe Kbupaten Sragen
•    Pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung
•    Warna abu – abu
•    Formasi pucangan atas
4.    Tengkorak Kerbau
•    Ditemukan oleh Tardi
•    Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, desa Dayu Kecamatan Gondongrejo Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah
•    Warna coklet kekuningan – kuningan yang bercampur pasirs
•    Berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000 – 500.000 tahun
5.    Gigi Elephas Namadicus
•    Ditemukan di situs Cagar Budaya Sangiran
•    Pada tanggl 12 Desember 1975, pada lapisan tanah pasir tercampur krikil yang berwarna coklat
•    Formasi kabuh
6.    Fragmen Gajah Purba
•    Hidup didaerah Cagar Budaya Sangiran
•    Jenisnya adalah Mastodon, Stegodon, Elephas
7.    Tulang Rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus
•    Ditemukan oleh Supardi
•    Tanggal 3 Desember 199, di dukuh Bukuran, desa Bukuran Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung
•    Warna abu – abu dari endapan pucangan atas
8.    Ruas Tulang Belakang (Vertebrae)
•    Ditemukan di situs Cagar Budaya Sangiran
•    Pada tanggal 15 Desember 1975
•    Dilapisan tanah pasir
•    Warna abu – abu
•    Formasi kabuh bawah
9.    Tulang Jari
•    Ditemukan di situs Sangiran
•    Pada tanggal 28 Oktober 1975
•    Pada lapisan tanah pasir kasar
•    Warna coklat kekuning – kuningan
•    Formasi kabuh
10.    Rahang Atas (Elephas Namadicus)
•    Rahang ini dilengkapi sebagian gading
•    Ditemukan oleh atmo
•    Didukuh Ngerjo, Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen
•    Pada tanggal 27 April 1980
•    Pada lapisan Grenzbank
•    Antara formasi pucangan dan kabuh
11.    Tulang Kaki Depan bagian Atas (Humerus)
•    Bagian fosil ditemukan oleh Warsito
•    Desa krikilan Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen
•    Pada tanggal 2 Desember 1998
•    Pada lapisan tanah lempung
•    Warna abu – abu
•    Dari pucangan atas kala pleistosen bawah

12.    Tulang Kerring
•    Ditemukan oleh Warsito
•    Didukuh budak desa Ngebung Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen
•    Pada tanggal 4 Januari 1993
•    Lapisan tanah lempung
•    Warna abu – abu
13.    Fosil Mulusca
•    Klas Palecypoda
•    Klas Gastropoda
14.    Binatang Air
1.    Tengkorak buaya (crocodilus Sp)
•    Ditemukan pada tanggal 17 desember 1994oleh Sunardi
•    Di dukuh Blimbing, desa Ngebung Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen
•    Formasi pucangan 
2.    Kura – kura (Chlonia Sp)
•    Ditemukan pada tanggal 1 februari 1990 Oleh Haripurnomo
•    Dukuh Pablengan desa Krikilan Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen
•    Formsi pucangan
3.    Ruas Tulang Belakang Ikan
•    Ditemukan pada tanggal 20 november 1975 oleh Suwarno
•    Di desa Bukuran Kecamatan Kali Jambe Kabupaten Sragen.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sangiran terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah,  jika tanah diiris dengan pola vertikal, maka akan terlihat lapisan – lapisan tanah yang menunjukkan formasi – formasi yang berisi fosil – fosil dari kurun waktu tertentu.sebagai berikut:Formasi Kali Beng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, Formasi Notopuro.
Diawali oleh Eugene Dubois antropolog Prancis tahun 1891 antropolog Prancis manemukan fosil Pithecantropus Erectus manusia purba tertua dari Jawa kemudian pada tahun 1930 dan 1931 di desa Ngandong. Trinil-Mojokerto di temukan juga fosil-fosil manusai purba yang berasal dari zaman pleistosen.
Pada tahun 1936 Koeningswald berhasil menemukan fosil rahang atas manusia dan selanjutnya ia memberi nama fosil Megantropus paleojavanicus. Tahun 1973 ia menemukan manusia purba yang dicari oleh Eugene do bois yaitu Pithecantropus Erectus.
B.    SARAN
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat serta bisa menambah wawasan bagi para pembacanya. Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan baik dari segi tata tulis maupun bahasa kami mohon saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. 

TUGAS BIOLOGI

ARTIKEL BIOLOGI

KEANEKARAGAMAN HAYATI


A.    Konsep Keanekaragaman Hayati
Keanegaraman hayati (biodiversitas) adalah keanegaraman makhluk hidup yang menunjukkan seluruh variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu tempat. Keanegaraman hayati dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor genetik, yang bersifat relatif stabil atau konstan pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme. Sedangkan faktor eksternal yaitu bersifat relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotip) organisme.
Berdasarkan tingkat keragamannya, kenegaraman hayati dibagi menjadi 3 tingkatan diantaranya:
1.    Keanekaragaman Gen
Gen adalah substansi terkecil yang terletak dalam kromosom yang membawa faktor keturunan. Melalui gen inilah sifat –sifat dari induk diwariskan kepada keturunannya. Perbedaab gen pada setiap makhluk hidup mengakibatkan sifat genotipe dan sifat fenotipe pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda sehingga makhluk hidup di dunia ini tidak ada yang serupa meskipun berada dalam satu spesies.
Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman hayati yang menunjukan seluruh variasi jumlah dan susunan gen pada makhluk hidup. Kenegaraman gen terjadi akibat perkawinan antar makhluk hidup sejenis (satu spesies). Susunan gen suatu individu berasal dari kedua orang tuanya/kedua induk.  Kombinasi susunan perangkat gen kedua induk tersebut akan mengakibatkan keanegaraman individu dalam satu spesies berupa varietas – varietas yang terjadi secara alami.
Contoh: 
    Kelapa macamnya yaitu kelapa gading, kopyor, hidrid, dan kelapa hijau
    Mangga macamnya mangga tali jiwo, gadung, golek, dan arumanis,
    Padi macamnya padi IR, sedani, wulu, dan kapuas.
    Anjing macamnya anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
    Mawar macamnya mawar orange, mawar merah putih, mawar putih, dan mawar ungu.
    Jeruk macam jeruk lemon, jeruk nipis, jeruk pontianak dll.
    Ayam macamnya ayam kampung, ayam pedaging, dll.

                       


Gambar 1.1 keanekaragaman gen pada genus mawar dan ayam

Keanegaraman gen juga dapat terjadi secara buatan melalui perkawinan silang. Misal anggur yang biasanya ditanam di daerah dingin, kemudian ditanam di daerah panas maka buah yang dihasilkan akan berbeda. Pada daerah dingin tanaman anggur berbuah besar dan manis. Apabila ditanam di daerah panas, tanamam anggur berbuah kecil dan masam.

2.    Keanekaragaman Jenis (Spesies)
Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis. Keanekaragaman jenis ini lebih mudah diamati dari pada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. Misalnya : tumbuhan kentang, tomat, dan terung. Ketiganya termasuk dalam genus yang sama solanum. Variasi dalam satu keluarga kacang-kacangan, kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan lain-lain. Variasi dalam satu keluarga (familia) kucing : harimau, macan tutul, singa, kucing rumah, kucing hutan, dan macan kumbang.
                       
                               




Gambar 1.2 keanekaragaman jenis variasi dalam keluarga (familia) kucing
3.    Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem adalah keanekaragaman yang menunjukan seluruh variasi interaksi antara makhluk hidup dan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Jadi, antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda. Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Ada ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang lumut, gurun pasir (didominasi oleh kaktus dan unta) , sawah (didominasi oleh padi), air tawar, air payau, laut, sawah, sungai, dan ekosistem padang rumput adalah contoh ekosistem terestrial.
.
                       


Ekosistem sawah        Ekosistem laut    Ekosistem padang rumput
    Gambar 1.3 macam – macam ekosistem
B.    Keanekaragaman Hayati Di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan indonesia memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi adalah karena indonesia mrupakan negara kepulauan dan garis pantai yaitu 81.000 M.
1.    Keanekaragaman Tumbuhan (flora) di Indonesia
Flora di indonesia termasuk dalam kawasan flora malesiana, yaitu suatu daerah luas yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Hutan di daerah Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhun tingkat tinggi. Indonesia memiliki 2 diantara 5 bioma didunia, yaitu bioma hutan hujan tropis dan bioma savana. bioma hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sanagt tinggi adalah malesiana. Flora malesiana meliputi tumbuhan yang terdapat di sumatra, kalimantan, filiphina utara, dan kepulauan indonesia lainnya. Tumbuhan Khas Malesiana yang terkenal adalah rafflesia arnoldii. tumbuhan ini merupakan parasit yang hidup melekat pada akar atau batangtumbuhan pemanjat Tetrasigma. Penyebaran Rafflesia meliputi sumatra (Aceh , Bengkulu), Malaysia, Kalimantan dan jawa. Di Papua ditemukan pohon buah khas yang disebut matoa (pometia pinnata). Matoa ini rasanya hampir mirip durian dan rambutan. Buah matoa berangkai seperti anggur berbentuk bulat kecil, dan berkulit tipis.
Sebagian hutan di indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis. Di hutan hujan tropis meliputi pohon – pohon hutan dengan ketinggian berkisar antara 5m – lebih 30m. Hutan hujan tropis di kalimantan merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman tumbuhan paling tinggi. Di indonesia juga ada tumbuhan endemik. Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang hanya ada di daerah tertentu. Contoh bunga rafflesia arnoldii merupakan tumbuhan endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh.
2.    Keanekaragaman Hewan (fauna) di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang melimpah. Indonesia memiliki 12% jenis mamalia, 16% jenis reptilia dan amphibia, serta 12% jenis burung. Persebaran fauna di indonesia tidak merata, pada awalnya indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace. Garis Wallace memisahkan dearah Oriental ( Sumatra, Jawa, Bali Dan Kalimantan). Dengan daerah Australian yang meliputi papaua dan pulau – pulau disekitarnya.
a.    Fauna Daerah Oriental
Meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Fauna Oriental ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1.    mamalia berukuran besar. Contoh gajah, banteng, harimau dan badak sumatra.
2.    mempunyai banyak jenis primata
3.    terdapat berbagai macam kera. Contoh bekantan.
4.    mempunyai banyak jenis ikan tawar
5.    warna burung tidak mencolok/kurang menarik tetapi dapat berkicau. Contoh jalak bali, elang jawa dan  elang putih


Gambar 1.4 fauna oriental

b.    Fauna Daerah Australian
Meliputi pulau Papua dan kepulauan kecil di sekitarnya dan memiliki ciri – cir sebagai berikut:
1.    Terdapat mamalia berukuran kecil dan berkantung.
 Misal kanguru pohon, kuskus, babi rusa dan komodo.
2.    Burung dengan warna mencolok/menarik, misal burung cenderawasih merah.
3.    Tidak terdapat primata/kera.


Gambar 1.5 fauna australian
c.    Fauna Peralihan
Setelah Wallace membagi garis persebaran flora dan fauna di indonesia. Seorang ahli bernama Weber juga melakukan penelitian tentang penyebaran hewan – hewan di indonesia. Menurut Weber, hewan – hewan di Sulawesi tidak dapat dikelompokkan sebagai fauna Australian. Karena hewan – hewan tersebut memiliki sifat seperti fauna Oriental. Weber memuat sebuah garis khayal di sebelah timur Sulawesi memanjang ke utara sampai Kepulauan Aru, Nusa Teenggara. Berikut ciri – ciri fauna peralihan.
1.    Merupakan fauna peralihan tipe asiatik dan australia.
2.    Hewan mamalia berukuran sedang terdapat primata dengan ukuran kecil
3.    Contoh: anoa, maleo, komodo, rangkong sulawesi, burung jalak bali, singapuar, musang coklat sulawesi dan tarsius.
3.    Nilai keanekaragaman hayati
a.    Nilai Ekonomi : keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa). Contoh untuk rempah – rempah yaitu lada, cengkih dan pala, untuk kosmetik yaitu cendana, untuk bahn baku industri kayu gaharu, untuk mebel kyu jati, rotan, untuk industri minuman kopi, teh, untuk industri makanan pada dan kedelai.
b.    Nilai Biologis : tumbuhan menghasilkan O2 yang diperlukan oleh makhluk hidupuntuk pernafasan serta menghasilkan zat organik, misal biji, buah, dan umbi sebagai bahan makanan makhluk hidup lain.hewan dapat digunakan bahan makanan dan bahan sandang oleh manusia. Sebagai sumber plasma nutfah ( plasma benih).
c.    Nilai Ekologis : misal hutan hujan tropis mempunyai nilai ekologi/lingkungan yaitu sebagai paru – paru bumi. Dalam fotosintesis htan hujan tropis dapat menurunkan kadar CO2 diatmosfersehingga dapat mengurangi pencemaran udara dan mencegah efek rumah kaca.
d.    Nilai Sosial : keanekaragaman hayati dapat dapat dikembangkan menjadi sarana rekreasi dan pariwisata. Misal Taman Hutan Raya Ir. H.Djuanda di Bandung.
       
4.    Manfaat Keanekaragaman Hayati
a.    Sebagai sumber pangan , perumahan, dan kesehatan. Seperti padi, pohon jati, dan mengkudu.
b.    Sebagai sunber pendapatan /devisa. Seperti kayu rotan, karet, cendana dan rumput laut.
c.    Sebagai sumber plasma nutfah.
d.    Sebagai sumber untuk menunjang kehidupan manusia dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem.
e.    Sebagai lahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

5.    Pengaruk Kegiatan Manusia Terhadap Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) di Indonesia

    Kegiatan manusia yang mengancam biodiversitas
a.    Perusakan habitat. Misal penebangan hutan dan peruskan terumbu karang.
b.    Pencemaran lingkungan. Misal penggunaan pestisida yang berlebihan, polusi dari asap pabrik dan kendaraan bermotor, dan pencemaran limbah.
c.    Perubahan iklim (global warming), karena meningkatnya gs polutanseperti CO2 diatmoefer bumi.
    Usaha pelestarian keanekaragaman hayati
a.    Pembiakan insitu dan eksitu. Pembiakan insitu dapat dilakukan dengan mendirikan kawasan pelestarian di habitat aslinya. Seperti cagar alam, suaka margasatwa, dn taman nasional. Sedngkan pembiakan eksitu dapat dilakukan dengan mendirikan kawasan pelestarian diluar habitat aslinya tetapi lingkungan dibuat mirip aslinya. Seperti kebun binatang.
b.    Reabilitasi dan reboisasi lahan kritis.
c.    Pengaturan dan pemanfaatan hewan dan tumbuhan dengan cara tebang pilih, pemburuan hewan tertentu, peremajaan hutandan tumbuhan langka.
Sedangkan usaha pemerintah dalam melestarikan keanekaragaman hayati dengan mendirikan kawasan konservasi, diantaranya sebagai berikut:
a.    Taman Nasional
b.    Cagar Alam
c.    Suaka Marga Satwa
d.    Taman Wisata Alam
e.    Taman Hutan Raya
f.    Taman Buru

C.    Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Para ilmuan mempelajari kenekaragaman makhluk hidup yang melimpah dengan cara melakukan pengelompokan (klasifikasi) makhluk hidup. Klasifikasi bertujuan sebagai berikut:
1.    Mendeskripsikan ciri – ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap – tiap jenis agar mudah dikenali.
2.    Menelompokkan makhluk hidup berdasrkan ciri – cirinya.
3.    Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
4.    Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya. 
Klasifikasi dibedakan menjadi 3 sistem klasifikasi makhluk hidup yaitu:
1.    Klasifikasi sistem buatan / artifisial adalah Dasar klasifikasi yang menggunakan sifaf-sifat morfologi terutama alat reproduksi, habitat atau perawakan. Misal : tanaman pohon, perdu, herba, semak, gulma atau liana.
2.    Klasifikasi alamiah/ alami yaitu Dasar klasifikasi yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan, terutama persamaan sifat morfologi.misal : sapi, buaya, gajah, kuda termasuk hewan berkaki empatpadi, gandum, jewawut termasuk tumbuhan berbulir
3.    Klasifikasi sistem filogenetik yaitu Dasar klasifikasi yang digunakan adalah urutan perkembangan serta jauh dekatnya kekerabatan antar takson, selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat morfologi dan anatominya.


Dalam klasifikasi makhluk hidup dikelompokkan dalam peringkat atau takson tertentu sebagai berikut:

•    Tingkat Taksonomi
Disebut juga tingkat pengelompokkan.Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut:
Tumbuhan                    Hewan
1.    Regnum (dunia)    Kingdom (Dunia)
2.    Divisio (Tumbuhan)    Phyllum (Hewan)
3.    Classis (kelas)    Classis (Kelas)
4.    Ordo (Bangsa)    Ordo (Bangsa)
5.    Familia (Suku)    Familia (Suku)
6.    Genus (Marga)    Genus (Marga)
7.    Species (Jenis)    Species (Jenis)
•    Tata Nama
Dalam pemberian nama makhluk hidup kita mengenal nama daerah (anjing, dog) dan nama ilmiah (ex: canine). Nama daerah hanya dapat dimengerti oleh penduduk di daerah itu. Nama Ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia menggunakan bahasa latin/yang dilatinkan. Setiap organisme hanya memiliki satu nama yang sah.
1.    Cara pemberian nama jenis
Sistem tata nama yang digunakan disebut "binomial nomenclatur" yaitu pemberian nama jenis/spesies dengan menggunakan 2 kata. Misalnya: padi > Oryza sativa.
Cara :
Kata depan : nama marga (genus) menggunakan huruf besar.
Kata belakang : nama petunjuk spesies (spesies epithet) menggunakan huruf kecil. Sistem binomial nomenklatur dipopulerkan pemakaiannya oleh Carolus Linnaeus.
2.    Cara pemberian nama kelas, bangsa dan famili
a. Untuk nama species (jenis) :
-    nama species terdiri dari dua kata tunggal yang dilatinkan.
-    kata depan menunjukkan nama marga, kata belakang menunjukkan nama spesies. nama marga mulai ditulis dengan huruf besar, sedang nama species dimulai dengan huruf kecil.  Nama marga dan jenis dicetak miring.
contoh :     Rhinoceros sondaicus (badak jawa), Havea brasikensis (karet), Elephas indicus (gajah), Hibiscus rosasinensis (kembang sepatu), Felis maniculata-domestika (kucing jinak).
b. Untuk nama famili (suku) :
Nama suku diambil dari nama marga yang bersangkutan.
- Untuk tumbuhan : nama marga + akhiran aceae
  contoh :- Solamum lycopersicum (tomat)
                     Solanum + aceae à   fam: Solanaceae
                   - Marchantia polymorpha (lumut hati)
                      Marchantia + aceae à fam: Marchantiaceae
- Untuk hewan : nama marga + akhiran idae
contoh : - Felis tigris (harimau india)
                      Felis + idae à fam: Felidae (kucing)
                    - Columba livea (merpati)
                      Columba + idae à fam: Columbidae
c.  Untuk nama ordo (bangsa) :
Nama ordo umumnya diambil dari nama marga yang bersangkutan.
- Untuk tumbuhan : nama marga + akhiran ales
         contoh : - Sphagnum fimbriatum (lumut gambut)
                      Sphagnum + ales  à ordo: Sphagnales
- Untuk hewan :  nama marga + akhiran iformis
contoh : - Columba livea (merpati)
                 Columba + iformis à ordo: Columbiiformis  






    Rangkuman
Keanekaragaman hayati menurut tingkatannya dibedakan menjadi tiga yaitu keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis, keanekaragaman tingkat ekosistem.
        Flora di indonesia termasuk dalam kawasan flora malesiana, yaitu suatu daerah luas yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Tumbuhan Khas Malesiana yang terkenal adalah rafflesia arnoldii. Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang melimpah, perseberan fauna di indonesia terbagi menjadi fauna daerah oriental, fauna daerah australian, dan fauna peralihan.
Klasifikasi keanekaragaman hayati dibagi menjadi tiga yaitu : Klasifikasi sistem buatan / artifisial. Klasifikasi alamiah/ alami dan Klasifikasi sistem filogenetik. Dalam klasifikasi makhluk hidup dikelompokkan dalam peringkat atau takson tertentu sebagai berikut:
Tumbuhan                               Hewan
1.    Regnum (dunia)    Kingdom (Dunia)
2.    Divisio (Tumbuhan)    Phyllum (Hewan)
3.    Classis (kelas)    Classis (Kelas)
4.    Ordo (Bangsa)    Ordo (Bangsa)
5.    Familia (Suku)    Familia (Suku)
6.    Genus (Marga)    Genus (Marga)
7.    Species (Jenis)    Species (Jenis)
Pemberian nama kelas, marga dan famili  sebagai berikut:
a.    Untuk nama species (jenis) : Elephas indicus (gajah), Oryza sativa.
b.    Untuk nama famili (suku) :  Solanum + aceae àfam: Solanaceae (tomat) , Columba + idae à fam: Columbidae ( merpati).
c.    Untuk nama ordo (bangsa) : Sphagnum + ales  à ordo: Sphagnales (lumut gambut),             Columba + iformis à ordo: Columbiiformis (merpati).